Jenis-jenis Rasio Likuiditas dan Cara Menghitungnya

Perhitungan ini dibagi menjadi 4 jenis rasio likuiditas, apa saja itu?
 
Rasio Lancar (Current Ratio)

 

Current ratio merupakan cara menghitung rasio likuiditas yang paling sederhana dibanding cara lainnya.

Penghitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva perusahaan yang likuid pada saat ini atau aktiva lancar (current asset).

Jenis aktiva ini adalah aktiva yang dapat ditukarkan dengan kas dalam jangka waktu satu tahun.

Rumus perhitungan current ratio adalah sebagai berikut:

Rasio Lancar (current ratio) = Aktiva lancar (current assets) / Hutang Lancar (current liabilities)

Contohnya suatu perusahaan memiliki aktiva lancar sebesar Rp10.000.000 dan kewajiban lancar sebesar Rp5.000.000.

Jadi current ratio perusahaan adalah 10.000.000 : 5.000.000 = 2,0

Jika angka rasio lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0 kali, maka perusahaan tersebut punya kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya.

Karena perbandingan aktivanya lebih besar dibanding kewajiban yang dimiliki.

Namun jika ratio lancar yang dimiliki perusahaan nilainya di bawah 1,0 kali, maka kemampuannya dalam melunasi utang masih dipertanyakan.

Selain itu, jika  rasio lancar suatu perusahaan nilainya lebih dari 3,0 bukan berarti perusahaan tersebut dalam keadaan keuangan yang baik.

Bisa jadi perusahaan tersebut tidak mengalokasikan aktiva lancarnya secara optimal, tidak memanfaatkan aktiva lancarnya secara efisien, dan tidak mengelola modalnya dengan baik.

 

Rasio Cepat (Quick Ratio)

 

Quick ratio merupakan penjelasan lebih lanjut dari current ratio.

Penghitungan quick ratio hanya menggunakan aktiva lancar yang paling likuid untuk dibandingkan dengan kewajiban lancar.

Inventaris tidak termasuk ke dalam perhitungan quick ratio karena sulit untuk ditukar dengan kas, sehingga quick ratio jauh lebih ketat dari current ratio.

Cara menghitung quick ratio yaitu dengan rumus likuiditas:

Rasio cepat (quick ratio) = (Aktiva Lancar – Persediaan) / Utang lancar

Misalnya perusahaan Maju Jaya memiliki aktiva lancar senilai Rp20.000.000, inventaris Rp2.000.000, dan kewajiban lancar Rp6.000.000.

Maka rasio cepatnya adalah (Rp.20.000.000 – Rp.2.000.000) : Rp.6.000.000.000 = 3,0

Hasil penghitungan quick ratio jika lebih dari 1,0 maka menunjukkan kemampuan perusahaan yang baik dalam memenuhi kewajibannya.

Namun, jika ketika menghitung rasio nilainya di atas 3,0 kali maka bukan berarti keadaan likuiditas perusahaan sedang baik.

Boleh jadi kas perusahaan jumlahnya besar karena tidak dialokasikan kemana pun sehingga tidak produktif.

Sebab lain adalah karena tingginya piutang perusahaan tersebut.

Quick ratio dapat dijadikan acuan yang lebih baik karena berfokus pada aktiva lancar yang mudah diubah menjadi kas.

Rasio Kas (Cash Ratio)

 

Cash ratio adalah cara menghitung likuiditas yang melibatkan kas perusahaan.

Manfaatnya mirip dengan current ratio dan quick ratio yaitu untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan menjadikan kas sebagai acuan.

Berikut adalah cara menghitung rasio likuiditas jenis kas:

Rasio kas (cash ratio) = (Kas + Surat berharga) / Utang lancar

Misalnya suatu perusahaan memiliki kas senilai Rp5.000.000, surat berharga senilai Rp3.000.000 dan kewajiban lancar sebesar Rp5.000.000.

Maka kas rasionya adalah (5.000.000 + 3.000.000) : 5.000.000.000 = 1,6.

Rasio kas jarang digunakan oleh perusahaan karena kurang realistis dan tidak mudah dipertahankan nilainya.

Jumlah kas berlebih yang ada pada perusahaan yang mampu menutupi kewajiban lancar sering dianggap sebagai kas tidak produktif yang tidak dimanfaatkan dengan baik.

5 jenis item yang sering digunakan dalam menghitung sebuah nilai rasio likuiditas perusahaan adalah, aktiva lancar, utang lancar, kas, surat berharga, persediaan.

Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover Ratio)

 

Anda juga bisa menghitung likuiditas menggunakan cash turnover ratio atau rasio perputaran kas.

Di mana, dengan rasio ini, Anda bisa melihat berapa kali kas perusahaan berputar dalam satu periode yang dinilai melalui penjualan.

Untuk memperhitungkan rasio perputaran kas, di bawah ini adalah rumus yang bisa Anda gunakan:

Rasio perputaran kas (cash turnover ratio) = Penjualan bersih / Rata-rata kas

Jika ditemukan nilai rasio ini semakin besar, maka kemampuan perusahaan dalam keuangan dinilai semakin besar juga.

Kas yang berputar menunjukkan semakin cepat pula kas masuk dalam perusahaan.

Ini artinya pendapatan semakin meningkat sehingga kas untuk kegiatan operasional juga berjalan lancar.

Manfaat Likuiditas Perusahaan

 

Mempertahankan tingkat likuiditas menjadi hal penting yang harus dilakukan oleh perusahaan.

Di mana, dengan mempertahankan likuiditasnya, perusahaan bisa mendapatkan kepercayaan dari pihak internal maupun eksternal.

Pihak internal yang dimaksud di sini misalnya adalah seorang karyawan, dengan tingkat likuiditas yang baik, perusahaan mampu membayarkan gaji karyawan sesuai tanggal yang ditentukan.

Namun, tanpa memerhatikan likuiditasnya, mungkin saja gaji karyawan selalu dibayarkan mundur.

Ini tentu akan memengaruhi kinerja karyawan yang juga akan berpengaruh terhadap perkembangan bisnis.

Sedangkan, bagi pihak eksternal misalnya supplier,  likuiditas ini bisa membuat pihak eksternal lebih percaya dengan perusahaan Anda.

Bukan hanya bagi supplier, Anda juga bisa dengan mudah mendapatkan pinjaman modal dari bank, investor, maupun pihak lainnya.